Harta Karun
Rabu, 13 April 2016
Kebiasaan anak menonton TV
Menonton TV memang merupakan salah satu aktivitas menyenangkan yang bisa dilakukan di rumah.
Channel TV nasional cukup banyak tetapi banyak yang menayangkan siaran yang tidak bermutu, di antaranya gosip alay, sinetron alay/lebay.
Kegiatan menonton TV yang baik menurut saya yaitu menonton acara TV yang berkualitas, sesuai umurnya dan tidak bersifat candu.
Pemerintah sebaiknya mengambil peran penting dalam hal mengatur kualitas acara TV nasional, karena hal ini sangat terkait dengan kualitas generasi penerus negara ini. Nah dalam hal lain yaitu agar kegiatan menonton TV ditujukan sesuai segmen pasarnya dan tidak menjadi candu maka diperlukan peran orangtua di rumah atau dengan kata lain koordinasi internal di rumah.
Kecanduan menonton TV mengakibatkan kegiatan-kegiatan penting lainnya bisa saja terbengkalai dan terkalahkan oleh kegiatan menonton TV.
Sebaiknya mengupayakan beberapa hal kegiatan lain yang dapat mengalihkan perhatian anak dari TV, diantaranya belajar, bermain, berinteraksi dengan teman-temannya, membantu membereskan rumah, dan atau mendengarkan rekaman cerita dengan suara mama/papa.
Uraian di atas sengaja saya sarikan dari beberapa artikel yang saya baca terkait aktivitas menonton pada anak, sebagai bahan pembelajaran buat saya ataupun pengunjung blog ini. Saya memiliki dua anak, lelaki dan perempuan. Anak pertama saya (laki-laki) sangat gemar menonton TV. Kalau saya perhatikan acara yang biasa ditontonnya cukup bervariasi yaitu sinetron anak, kartun anak, kompetisi. Namun kesukaan menonton TV tidak saya temukan pada anak kedua saya (perempuan), anak perempuan saya malah sangat tidak tertarik dengan TV kecuali ada lagu anaknya itu juga tidak betah dalam waktu lama. Dia lebih senang bermain balok, boneka bebeknya, ataupun mainan tertentu lainnya milik kakaknya.
Saya sebagai salah satu orang tua yang menetap di daerah perkotaan sebagian pasti ada yang mengalami hal yang sama. Menanggapi hal ini sering terbersit di pikiran saya, apa yang membedakan kedua tipe anak tersebut ? Tergolong tipe anak berkemampuan apa mereka masing-masingnya ?
Senin, 28 Maret 2016
Kesehatan gigi
Anak keduaku, Yasmin, giginya rapuh sekali. Pertama kalinya giginya tiba-tiba patah karena kepentok body motor, waktu itu umurnya 1,5 tahun. Saya agak kaget, karena sepengamatanku kepentoknya tidak terlalu keras sebenarnya tapi kok giginya bisa sampai patah. Serapuh itukah giginya ??
Aku mulai merasa galau dengan kenyataan itu, kuatir kalau berlanjut kerusakannya dikarenakan kerapuhannya. Selanjutnya giginya sempat patah lagi dua hingga tiga kali, selain itu giginya juga sepertinya terkikis meski tidak patah hingga akhirnya habis sendiri..
Ini sebuah penyakit atau apa yaa ??
Saat ini umurnya Yasmin sudah 3 tahun, ketika artikel ini saya tulis. Dan kondisi giginya bagian depan atas bawah, sudah habis sama sekali. Lalu gigi belakangnya bbrp ada yg terkikis, selain itu giginya agak kecoklatan.
Repotnya lagi, anak ini sensitif sekali dengan giginya. Jadi ketika akan disikat, bahkan hanya disentuh sekalipun sudah mengamuk tidak karuan.
Yang membuatku kadang sedih kalau teringat dengan giginya, karena kondisi giginya itu membuat makannya terganggu entah mungkin karena giginya tidak sempurna sehingga agak menyulitkannya saat mengunyah atau bisa saja giginya sakit sehingga tidak bisa digunakan mengunyah.
Kesehatan gigi dan mulut pada anak sebenarnya sangatlah penting. Mulut bukan hanya sebagai gerbang masuknya makanan dan minuman, namun kesehatan mulut merupakan upaya dalam menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh. Hal itu pun yang saya pahami sebagai orang tua. Namun melihat reaksi yasmin yang berlebihan setiap saya hendak memberikan pendidikan kesehatan gigi dan mulut, membuatku urung meneruskannya.
Padahal peran orangtua sebenarnya sangatlah penting karena dalam hal ini orangtualah yang sebaiknya membimbing dan menyediakan fasilitas kepada anak dalam upayanya menjaga kebersihan gigi dan mulutnya.
Langganan:
Komentar (Atom)